Kamis, 24 Mei 2012

pertemuan singkat (4)


“kalo nanti gak ketemu langsung pulang gak usah kemana-mana, gak usah cari aku lagi aku udah sama mereka. Aku pergi ya” Dion berpamitan saat kami masih di toko buku tapi dia harus pulang untuk mengerjakan banyak tugas bersama teman-teman nya. Aku mengangguk lemas merespon ucapan Dion.
Hari itu aku menemani Reta mencari buku untuk referensi tugas nya, saat itu aku ingin ikut bersama nya tapi tidak mungkin meninggalkan Reta sendiri. Dion berjalan menjauh dari aku dan Reta menuju pintu keluar, sampai di pintu keluar Dion menatap kosong kearahku. Sepanjang dia keluar dari toko terus menatap ku dengan kosong, berbalik dari arah ku yang terlihat hanya punggung nya hingga semakin lama hilang diantara kerumunan orang. Hari ini aku merasakan pernah mengalami kejadian ini, dejavu, tapi saat itu Dion pergi tersenyum dan melambai saat ini justru dengan tatapan kosong. Aku tak bisa melakukan apapun kecuali menatapnya yang kini sudah hilang diantara keramaian.
***
Samar akau melihat cahaya lembut, perlahan membuka mata yang terlihat hanya cahaya lembut tanpa hiasan apapun. Sedikit aku melihat dua sisi gelap di kanan dan kiri pandanganku.
“Ika loe udah bangun, loe denger gw?”
“Dek are you OK?”
“Ka, kamu udah bangun?” kali ini bayangan gelap itu mnejadi tiga
Aku tidak melihat apa pun, ketiga bayangan hitam itu bergerak dan kembali terlihat beberapa bayangan hitam. Ada cahaya terang kearah ku, cahaya terang kecil. Badan ku terasa berat, tak ada yang bisa aku gerakan kecuali gerakan kecil pada jari-jari tangan dan kaki ku.
“halo Ika, kita periksa ya?” suara pria asing itu lembut menyapa ku. Dokter, dia pasti seorang dokter. Aku saat ini ada dirumah sakit, aku baru saja terbangun dari mimpi ku. Aku mengingat apa yang aku alami, kenapa pandangan ku kabur, kenapa aku lemas, kenapa aku dirumah sakit.
“istirahat dulu ya, 15 menit lagi kita pemeriksaan lagi” dokter kembali menyapa ku, terdengar dari langkah  nya dia meninggalkan ruangan.
“Dion mana Bun? Tadi Ika sama Dion, Ika kecelakaan kan sama Dion? Dion nya mana, Ika mau ketemu.”
“tadi kata dokter istirahatkan, istirahat aja dulu, nanti pemeriksaan. Sekarang Bunda sam Papi lagi ikut dokter keruangan nya” jawab Vina, kakak perempuan ku.
“tapi Ika mau ketemu Dion, kenapa Ika gak bisa ngeliat? Ika buta ya Kak? Terus Dion mana?”
“udah tenang dulu, kamu istirahat dulu, kamu baik-baik aja kok”
“Dion kak, Dion. Dion yang Ika tanyain, mana dia sekarang?”
“Ka, loe tenang dong, loe harus istirahat”
“Ra, Dion mana. Dion dimana?” aku mendengar suara Ika bergetar
“udah loe tidur aja dulu. Oke”
“tapi Ra?” aku mulai mengeluarkan air mata dan merasakan berat pada kedua kelopak mata ku.
***
“kenapa gak dengerin aku, kalo udah dibilang gak usak, ya gak usah. Aku baik-baik aja kok disini, gak bakalan sendiri juga. Nanti pasti punya temen, pulang sana nanti dicari sama Bunda loh”
Aku menjenguk Dion yang demam sejak 3 hari yang lalu, dia sudah memperingtakan untuk tidak menjenguknya. Karena sudah tiga hari dia tak juga hadir di sekolah, aku memutuska untuk menjenguknya. Kamar Dion terlihat bersih dan rapih tidak seperti biasanya, aku mengahmpiri Dion yang tiduran diranjang nya, aku duduk disisi ranjang.
“udah pulang aja, kamu masih banyak kegiatan yang harus dilakuin. Aku baik-baik aja kok, tenang aja.”
Dia tidur dengan nyaman disamping ku, memandang kearah ku dalam diam. Dia terlihat pucat karena sakit nya. Saat Dion tidur dengan nyaman justru membuat ku merasakan kesedihan. Aku tidak ingin Dion tidur saja seperti itu, aku ingin dia bangu. Aku pandangi Dion yang lama kelamaan menutup matanya dan tertidur. Melihat nya menutup mata kau menangis.
Hari ini kamar Dion rapih tidak seperti saat itu, hari ini Dion terlihat lebih pucat tdak seperti itu. Hari ini Dion tidur dengan nyaman tidak seperti hari itu. Hari ini aku hanya memandangi nya tidak seperti hari itu yang membantu dia mengompres kening nya. Hari ini aku menangis tidak seperti hari itu yang sabar merawatnya. Hari ini berbeda tidak seperti hari itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar