“Mau ngapain ketempat Reta?”
“gak kok, gak jadi tempat Reta”
jawab ku santai sambil terus menatap kedepan
“La...”
“pengen berdua sama kamu aja,
sapa tau besok gak ketemu”
“kamu kenapa sih”
“pengen berdua sama kamu, gak
denger” aku masih memandang kedepan, dari ekor mata terlihat dia memandang
kearahaku beberapa saat.
Selama perjalanan pulang kami
hanya saling diam, obroan terakhir seperti ada yang salah. Aku tidak berusaha
memulai obrolan lagi, sepertinya dia pun tidak.
Aku melihat cahaya kecil didepan,
cahaya kuning terang itu semakin mendekat dan jelas. Cahaya kuning sepert
bergerak tak menentu. Cahaya kuning semakin besar terang menyilaukan. Cahaya
kuning terang menyilaukan itu kini menjadi gelap dan diiringi decitan ban juga
teriakan seorang pria.
***
“La buat janji sehidup semati
yuk” ajak Dion bercanda tapi terdengar serius.
“oke” jawabku santai,
“tapi kayak mana caranya?” dia
bingung, aku hanya memandang nya heran.
“tulis nama dipohon?” saranku,
dia menggeleng
“tulis janji dikertas, masukin
kebotol buang kelaut?” dia tetap menggeleng yakin
“buat janji dikubur ditanah?”
“udah terlalu sering”
“yaudah terserah deh” aku mulai
kesal, dia tertawa bahagia
“gak usah deh La, kayaknya gak
penting. Yang penting kan kita tetep sama-sama”
“cerewet”
“kok gitu”
“iya, cerewet, gak penting”
hari ketiga kami berpacaran, hari
kami melakukan wisata bersama teman sekelas. hari kebersamaan kami yang berbeda
dari sebelumnya.
***
“hei, kalian ngapain?” teriak Tyo
dari dalam mobil dan aku meihat Dion dibelakang stir kemudi.
“beli gorengan untuk nyambut
kalian” Rara santai
“gorengan doang Ra?”
“eh, udah untung gw kasih cemilan
dari pada gak sama sekali”
“pelit loe”
Aku dan Rara membeli gorengan
didepan gang rumah Rara, Dion dan Tyo baru saja datang. Hari ini kami berencana
mengerjakan tugas bersama jika memungkinkan, atau kami hanya sekedar mengobrol.
Didalam mobil protes Tyo tak juga
usai,
“benerana gak ada yang laen Ra,
gorengan aja?” Tyo meyakinkan dengan penasaran
“gak ada, kalo mau ya ini”
“snack apa tah gitu Ra, minum nya
apa? Minuman berwarna kan Ra?”
“pulang sana loe, tamu banyak mau
nya”
Aku dan Dion hanya diam terkadang
mengeleng melihat mereka.
“udah deh Yo, masih untung Rara
mau nerima loe dirumahnya” timpal ku
“Ika, jahat loh omongannya”
“ngalem sih Yo” Dion ikut
menimpali
“jadi kalian gak ada yang dukung
gw nih” kami hanya tersenyum bahagia tak menghiraukannya, Rara merasa senang.
Kami sampai dan Tyo masih
mempermasalahkan itu,
“beneran kalian udah gak ada yang
sejalan sma gw lagi” sambil turun dia tetap bertanya, Rara turun dan berlalu
melewatinya yang yang ada dipintu depan mobil.
“Ra, tunggu. Ada yang lain kan,
snack, jus, kentang goreng” Tyo mengejar Rara yang mempercepat langkahnya masuk
rumah.
Aku dan Dion masih disamping
mobil dan memperhatikan tingkah kedua manusia itu. Tiba-tiba Dion mencium pipi
kiriku dengan cepat dan tersenyum manis kearahku. Aku memandang nya diam, Dion
masih terus saja tersenyum memandangi ku. Sedikit tersenyum dengan ragu dan
malu kearahnya, Dion menggandeng tangan kanan ku dan mengajak masuk.
***
“aku sayang kamu” terdengar
lembut kalimat itu disampaikan dengan senyuman dan wajah berseri. Aku bisa
melihat Dion dengan jelas, aku tersenyum kearahnya. Dia ada dihadapanku, kami
berjarak 2 meter. Aku maju satu langkah kearahnya, dia mundur satu langkah,
satu langkah lagi aku berjalan dan dia mundur satu langkah. Aku memandanginya
dengan heran tapi dia tetap tersenyum. Langkah ketiga aku lanjutkan, dan dia
tetap mundur, aku tunda langkah keempat ku aku pandangi dia dengan wajah heran
dan penuh tanya tapi dia terus tersenyum dengan wajah yang cerah.
Aku berpikiran untuk berlari
kerahanya, agar dia tidak memiliki kesempatan untuk mundur. Kalau pun sempat
dia tak akan bisa mundur sama cepatnya dengan aku berlari kearahnya. Dengan
yakin aku berlari kerahnya, dan dia mundur sama cepatnya denganku, aku
berhenti. Dia memandangk dengan wajah polos nya lalu tersenyum
“aku sayang kamu Malaika Canda
Wita” dengan suara khas nya dia berkata dengan senyum yang memancar lalu
berbalik dan berlari hingga tak terlihat.
Aku berusha memanggilnya tapi
tidak bisa, berusaha mengejarnya tapi tidak bisa, aku hanya memandangi
kepergiannya yang hilangtertelan cahaya kuning terang itu.
“Ka, udah bangun? Ka denger gw kan? Ini Rara, Ka”
Aku melihat diam keatas, aku
mendengar suara itu tapi aku tidak meresponnya. Setelah beberapa menit aku
melihat semakin banyak orang memakai seragam putih mengelilingiku, aku
memandangi mereka satu persatu. Dengan wajah panik mereka melihat kerahku
sambil meletakan alat-alat yang mereka bawa ke tubuhku. Aku kembali melihat
kegelapan.
***
Taman
tempat aku berada saat ini sangat sepi hanya ada aku. Kehijauan pohon yang ada
di taman sungguh menyegarkan, bukit-bukit rendah yang megelilingi danau
dipenuhi rumput hijau yang tak kalah segar. Terlihat satu tangkai bunga teratai
berwarna pink muda ditengah danau. Bunga itu juga sendiri sama seperti aku saat
ini, bunga itu terlihat indah disana. Aku amati ketenangan dan kesegaran taman
ini, dudukbersandar pada kursi taman. Tanagn aku biarkan terbuka memegang
kepala kursi dan kepala menengadah kearah langit yang biru menatap keseluruhan
taman, terasa nyaman. Aku mentup mata untuk menikmati kenyamanan yang taman
berikan, aku tarik nafas dalam-dalam dengan tenang menghembuskannya. aku
membuaka mata setelah benr-benar merasakan tenang, aku melihat Dion yang
tersenyum kearahku. Dion ada dihadapanku sekarang tersenyum tenang memandang
ku. Menyadari kehadirannya aku gugup, menundukan kepala dan duduk dengan rapih.
Dion tidak mengucapkan satu kata pun, aku tetap menunduk malu dan gugup. Dari
ekor mata aku melirik kearahnya, terlihat dia menatap kearah langit. Sedikit
demi sedikit memberanikan diri menatap kearahnya, dia tetap melihat kearah
langit dan terkadang melihat sekeliling taman. Mengikuti apa yang dia lakukan memandang
langit melihat sekeliling taman. Kami tidak melakukan komunikasi, hanya diam
dan menikmati ketenangan. Merasa bosan melihat sekeliling, aku memandang
kearahnya, aku perhatikan baik-baik dia. Aku melihat jidatnya yang sedikit
tertutup poni dari rambut semi hitamnya, alisnya yang tak begitutebal namun
melengkung dengan indah diatas mata nya. Mata sayu dengan bola mata coklat
menuju hitam dihiasi bulu mata agak panjang, aku sangat suka cara dia
memandang, cara dia memandang sunggu indah. Hidung yang tak begitu mancung
tetap terlihat indah buatku, bibirnya merah pucat. Dagunya tidak tajam pipinya
sedikit tembam. Telinga nya berbentuk wajar seperti umumnya, rambut semi hitam
lurus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar