Kamis, 24 Mei 2012

pertemuan singkat (3)

“Mau ngapain ketempat Reta?”
“gak kok, gak jadi tempat Reta” jawab ku santai sambil terus menatap kedepan
“La...”
“pengen berdua sama kamu aja, sapa tau besok gak ketemu”
“kamu kenapa sih”
“pengen berdua sama kamu, gak denger” aku masih memandang kedepan, dari ekor mata terlihat dia memandang kearahaku beberapa saat.
Selama perjalanan pulang kami hanya saling diam, obroan terakhir seperti ada yang salah. Aku tidak berusaha memulai obrolan lagi, sepertinya dia pun tidak.
Aku melihat cahaya kecil didepan, cahaya kuning terang itu semakin mendekat dan jelas. Cahaya kuning sepert bergerak tak menentu. Cahaya kuning semakin besar terang menyilaukan. Cahaya kuning terang menyilaukan itu kini menjadi gelap dan diiringi decitan ban juga teriakan seorang pria.
***
“La buat janji sehidup semati yuk” ajak Dion bercanda tapi terdengar serius.
“oke” jawabku santai,
“tapi kayak mana caranya?” dia bingung, aku hanya memandang nya heran.
“tulis nama dipohon?” saranku, dia menggeleng
“tulis janji dikertas, masukin kebotol buang kelaut?” dia tetap menggeleng yakin
“buat janji dikubur ditanah?”
“udah terlalu sering”
“yaudah terserah deh” aku mulai kesal, dia tertawa bahagia
“gak usah deh La, kayaknya gak penting. Yang penting kan kita tetep sama-sama”
“cerewet”
“kok gitu”
“iya, cerewet, gak penting”
hari ketiga kami berpacaran, hari kami melakukan wisata bersama teman sekelas. hari kebersamaan kami yang berbeda dari sebelumnya.
***
“hei, kalian ngapain?” teriak Tyo dari dalam mobil dan aku meihat Dion dibelakang stir kemudi.
“beli gorengan untuk nyambut kalian” Rara santai
“gorengan doang Ra?”
“eh, udah untung gw kasih cemilan dari pada gak sama sekali”
“pelit loe”
Aku dan Rara membeli gorengan didepan gang rumah Rara, Dion dan Tyo baru saja datang. Hari ini kami berencana mengerjakan tugas bersama jika memungkinkan, atau kami hanya sekedar mengobrol.
Didalam mobil protes Tyo tak juga usai,
“benerana gak ada yang laen Ra, gorengan aja?” Tyo meyakinkan dengan penasaran
“gak ada, kalo mau ya ini”
“snack apa tah gitu Ra, minum nya apa? Minuman berwarna kan Ra?”
“pulang sana loe, tamu banyak mau nya”
Aku dan Dion hanya diam terkadang mengeleng melihat mereka.
“udah deh Yo, masih untung Rara mau nerima loe dirumahnya” timpal ku
“Ika, jahat loh omongannya”
“ngalem sih Yo” Dion ikut menimpali
“jadi kalian gak ada yang dukung gw nih” kami hanya tersenyum bahagia tak menghiraukannya, Rara merasa senang.
Kami sampai dan Tyo masih mempermasalahkan itu,
“beneran kalian udah gak ada yang sejalan sma gw lagi” sambil turun dia tetap bertanya, Rara turun dan berlalu melewatinya yang yang ada dipintu depan mobil.
“Ra, tunggu. Ada yang lain kan, snack, jus, kentang goreng” Tyo mengejar Rara yang mempercepat langkahnya masuk rumah.
Aku dan Dion masih disamping mobil dan memperhatikan tingkah kedua manusia itu. Tiba-tiba Dion mencium pipi kiriku dengan cepat dan tersenyum manis kearahku. Aku memandang nya diam, Dion masih terus saja tersenyum memandangi ku. Sedikit tersenyum dengan ragu dan malu kearahnya, Dion menggandeng tangan kanan ku dan mengajak masuk.
***
“aku sayang kamu” terdengar lembut kalimat itu disampaikan dengan senyuman dan wajah berseri. Aku bisa melihat Dion dengan jelas, aku tersenyum kearahnya. Dia ada dihadapanku, kami berjarak 2 meter. Aku maju satu langkah kearahnya, dia mundur satu langkah, satu langkah lagi aku berjalan dan dia mundur satu langkah. Aku memandanginya dengan heran tapi dia tetap tersenyum. Langkah ketiga aku lanjutkan, dan dia tetap mundur, aku tunda langkah keempat ku aku pandangi dia dengan wajah heran dan penuh tanya tapi dia terus tersenyum dengan wajah yang cerah.
Aku berpikiran untuk berlari kerahanya, agar dia tidak memiliki kesempatan untuk mundur. Kalau pun sempat dia tak akan bisa mundur sama cepatnya dengan aku berlari kearahnya. Dengan yakin aku berlari kerahnya, dan dia mundur sama cepatnya denganku, aku berhenti. Dia memandangk dengan wajah polos nya lalu tersenyum
“aku sayang kamu Malaika Canda Wita” dengan suara khas nya dia berkata dengan senyum yang memancar lalu berbalik dan berlari hingga tak terlihat.
Aku berusha memanggilnya tapi tidak bisa, berusaha mengejarnya tapi tidak bisa, aku hanya memandangi kepergiannya yang hilangtertelan cahaya kuning terang itu.
“Ka,  udah bangun? Ka denger gw kan? Ini Rara, Ka”
Aku melihat diam keatas, aku mendengar suara itu tapi aku tidak meresponnya. Setelah beberapa menit aku melihat semakin banyak orang memakai seragam putih mengelilingiku, aku memandangi mereka satu persatu. Dengan wajah panik mereka melihat kerahku sambil meletakan alat-alat yang mereka bawa ke tubuhku. Aku kembali melihat kegelapan.
***
Taman tempat aku berada saat ini sangat sepi hanya ada aku. Kehijauan pohon yang ada di taman sungguh menyegarkan, bukit-bukit rendah yang megelilingi danau dipenuhi rumput hijau yang tak kalah segar. Terlihat satu tangkai bunga teratai berwarna pink muda ditengah danau. Bunga itu juga sendiri sama seperti aku saat ini, bunga itu terlihat indah disana. Aku amati ketenangan dan kesegaran taman ini, dudukbersandar pada kursi taman. Tanagn aku biarkan terbuka memegang kepala kursi dan kepala menengadah kearah langit yang biru menatap keseluruhan taman, terasa nyaman. Aku mentup mata untuk menikmati kenyamanan yang taman berikan, aku tarik nafas dalam-dalam dengan tenang menghembuskannya. aku membuaka mata setelah benr-benar merasakan tenang, aku melihat Dion yang tersenyum kearahku. Dion ada dihadapanku sekarang tersenyum tenang memandang ku. Menyadari kehadirannya aku gugup, menundukan kepala dan duduk dengan rapih. Dion tidak mengucapkan satu kata pun, aku tetap menunduk malu dan gugup. Dari ekor mata aku melirik kearahnya, terlihat dia menatap kearah langit. Sedikit demi sedikit memberanikan diri menatap kearahnya, dia tetap melihat kearah langit dan terkadang melihat sekeliling taman.  Mengikuti apa yang dia lakukan memandang langit melihat sekeliling taman. Kami tidak melakukan komunikasi, hanya diam dan menikmati ketenangan. Merasa bosan melihat sekeliling, aku memandang kearahnya, aku perhatikan baik-baik dia. Aku melihat jidatnya yang sedikit tertutup poni dari rambut semi hitamnya, alisnya yang tak begitutebal namun melengkung dengan indah diatas mata nya. Mata sayu dengan bola mata coklat menuju hitam dihiasi bulu mata agak panjang, aku sangat suka cara dia memandang, cara dia memandang sunggu indah. Hidung yang tak begitu mancung tetap terlihat indah buatku, bibirnya merah pucat. Dagunya tidak tajam pipinya sedikit tembam. Telinga nya berbentuk wajar seperti umumnya, rambut semi hitam lurus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar