Kamis, 23 Februari 2012

. . . (2)

“yampun gak banget deh Angel itu, kayak gitu aja heboh udah kayak keilangan berjuta-juta kekayaannya aja” ledek Ika saat kami kembali menuju ruang makan yang tadi sempat tertunda dalam perjalanan dengan kehadiran para pioner Angel.
“itu sangat berarti loh Ka buat Angel, jangan ngeremehin gitu kali”
“percaya sih kalo emang sangat berharga, Cuma ada satu yang kayak gitu sih” kali ini Ika tertawa atas ucapannya sendiri
“Cuma satu-satu nya, langka, gak mungkin terbit lagi deh kayaknya” aku ikut mengejek
“parah ih omongannya, gak segitunya kali non”
“pada bahas apaan sih, seru banget sampe ketawa-ketawa gitu” kali Bagus ikut nimbrung
“loe belum makan Gus?” tanyaku
“belum lah, ini baru ngantri. Eh, pada cerita apaan sih ikutan dong”
“cowok gak boleh ikutan, udah ah duluan ya gus” kami meninggalkan Bsagus dalam antrian dan mencari tempat yang pas untuk makan dan kembalai membahas Angel.s
Pojok, adalah tempat yang paling pas untuk makan sambil mengobrol dengan harapan tak ada yang mendengar.
Makanan dihadapanku masuk dengan sedikit lama karena kami terus membicarakan Angel. Betapa lucunya tingkah Angel saat itu dan betapa bodohnya dia dengan kelakuannya itu. Dalam fikirannya aku akan menjadi lemah dengan semua yang telah dia lakukan.dia fikir semua itu benar nyata dan mempengaruhi kehidupanku. aku sudah lelah dengan semuanya, aku tak akan memperdulikan apa pikiran mereka. terserah apa pendapat mereka, aku lakukan sewajarnya.
Selama makan aku merasa ada yang aneh, seperti ada yang memperhatikan. Sepertinya selama kami makan ada seseorang yang memperhatikan gerak-gerik kami.
“tapi Vi tadi itu yang ditunjukin sama Angel keren-keren deh. Dari semua yang dia tunjukin gw paling suka yang terakhir itu. gak nyangka bisa sebagus itu, siapa ya yang cetak?”
“mana gw tau, yang pasti sih mau siapa aja yang cetak atau ambil gambarnya, selama itu ada gw nya pasti keren deh” balasku bangga
“huu, dasar cewek bayangan” Ika tertawa meledek.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar