Berdiri tepat
dibawah cahaya lampu jalan yang amat terang. Memandangi daerah gelap yang ada
dibawah sana. Jalan menurun yang hanya
mendapatkan penerangan dari lampu-lampu luar rumah warga, membuatnya terlihat
temaram. Sera, sendiri memandangi
jalanan itu tanpa dia tahu sebenarnya apa yang dilakukan. Matanya tajam
memperhatikan jalan yang temaram, tapi pikirannya pergi entah kemana.
Dengan terus
memandang dan tetap dengan pikiran yang entah sedang berada dimana, Sera
meraskan dinginnya malam yang tak dapat dihindarkan. Dirapatkan tangan di depan
dada,berharap mendapatkan kehangatan meskipun tak sepenuhnya. Malam diiringi
kecangnya angin dan bulan yang redup, seredup pikiran Sera malam itu.
Dalam pandangannya
yang sedikit buram, Sera mendapati sesuatu yan bergerak berasal dari jalan
temaram itu. Tiba-tiba bulu kudunya berdiri, angin kencang yang tiba-tiba
berhembus membuatnya semakin ciut. Penuh rasa panik dalam diri Sera, tapi dia
tak tahu apa yang harus ia lakukan. Sesuatu yang bergerak itu,tetap telihat
samar tidak memperlihatkan kejelasan, hanya bayangan.
Lemas yang Sera
rasakan saat itu, takut tapi entah kenapa dia tak mampu untuk pergi dari
tempat. Tak juga memejamkan mata untuk menghindari apa yang dia lihat dalam
kegelapan jalan itu. Sesuatu yang bergerak itu semakin mendekat, bergerak
lembut tak bersuara. Ketakutan semakin mejalar dalam tubuh Sera, saat sesuatu
yang bergerak itu samar-samar terkena sinar lampu rumah warga dan menimbulkan
gambaran yang menakutkan.
Memberanikan diri,
Sera memperhatikan dengan seksama sesuatu yang bergerak itu. Melambai, sesuatu
yang bergerak itu melambai padanya. Sera merasakan lemas dalam tubuhnya,
seperti sudah tak ada kekuatan untuk menopang tubuhnya. Sesuatu itu semakin
terlihat di mata Sera yang justru semakin membuatnya lemas. Meskipun sudah
dekat dengan mata Sera, tapi tetap telihat samar dimatanya. Ambruk, Sera
pingsan saat itu juga, kakinya yang lemas sudah tak kuat menahan beban tubuhnya.
. . .
Tersadar dari
pingsannya, Sera sudah berada dirumah dan dikamarnya. Masih dengan rasa takut Sera
melihat sekeliling ruangan, ada ibu dan sahabatnya, Tita dalam kamarnya. Tita
masih menggunakan mukena menunjukan wajah khawatir. Sera memperhatikan baik-baik temannya itu dan
dia menyadari apa yang membuatnya takut.
Senyum tersungging
dari bibir Sera denga manis, dan mendapat balasan senyuman dari Ibu dan Tita
yang sepertinya sudah khwatir sejak tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar